🐪 Ngaji Diri Ngaji Rasa

Tidakada manusia yang tidak mempunyai sifat marah. Manusia yang tidak punya marah itu malaikat yang berwujud manusia. Namun manusia yang kerjannya marah terus itu Iblis yang berwujud manusia," kata Ustadz Ahmad Syaifuddin saat mengisi materi pada Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi), di Aula Gedung PCNU Pringsewu, Lampung, Ahad (28/2). Rasatakut itu kemudian berubah menjadi rasa waswas apakah tobatnya diterima Tuhan sehingga ia dapat meneruskan perjalanannya mendekati Tuhan. Lambat laun ia rasakan bahwa Tuhan bukanlah zat yang suka murka, tapi zat yang sayang dan kasih kepada hamba-Nya. Rasa takut hilang dan timbullah sebagai gantinya rasa cinta kepada Tuhan. NgajiDiri Berguru Pada Semut. Posted on March 4, 2018 January 13, 2018 by duniakeris. Recent Posts. Sejarah Mengenai Asal Mula Pamor Keris; & disiplin dalam bertindak, serta punya rasa setia kawan yang tinggi. Aika hak & kebebasannya dipasung, mereka melawan & "berteriak", mebengok dalam bahasa Jawa Timuran. Itulah sebuah sikap positif Beliau(Gus Baha') tampak duduk di emperan Mushola, persis seperti santri yang akan sowan atau bertamu ke rumah Kiai. Meskipun beliau seorang Kiai yang memiliki keilmuan luar biasa namun tidak disangka sikap ketawadhu'an beliau ketika sowan kepada Kiai. Penulis sangat terenyuh ingin menangis ketika seorang Gus Baha' melakukan sikap Tawadhu'nya Bagidiri saya , biarlah dia duduk di rumah menemani saya yang tinggal berdua kini bersama abahnya. So, untuk mengisi masa terluang itu, dia mengajar iqra' dan al-quran di rumah utk anak2 jiran. Walaupun masa yang ada agak singkat utk anak2 ini berpeluang belajar mengaji dengannya, namun diharap tidak di sia2kan. Ngajidiri Ngaji rasaNgaji spiritual AgamaDi video ini bang noer channel berbagi padangan tentang dimensi laku rasa, di video sebelumnya bang noer channel te BulanMaria dan Batalnya "Ngaji Giliran". Bagi umat Katolik, bulan Mei dan Oktober adalah bulan Maria dan atau bulan Rosario. Terkhusus bagi umat Katolik direksa wilayah Manggarai, Flores, bulan Maria selalu di identikan dengan berkumpul dan kemudian berdoa Rosario bersama. Kultus holistik ini sudah menjadi bagian terpenting dan tak terpisahkan NgajiMilenial: Eksplorasi Diri Remaja. Mohammad Farid Fad, pengasuh Ponpes Raudlatul Muta'allimin Kendal (Instagram @faridfad) Hal ini ditandai dengan pembedaan kualitas ''eksistensial'' dari subjek, berupa ciri khas yang unik serta dari individu itu sendiri. Selama periode pubertas, dunia remaja dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. BUILDINGAN INCLUSIVE THEOLOGY. Selamat datang di Ngaji Diri. Saya, Amar Alfikar, a queer muslim activist, mengajak kawan-kawan untuk membangun narasi-narasi tentang kemerdekaan diri, serta mendorong solidaritas kemanusiaan dan inklusivitas untuk semua orang di ruang-ruang iman dan spiritual. Fol jFoq. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. A man is as he think.... Kalimat tersebut aku dapatkan dari sebuah tulisan Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa UI tahun 60-an ketika dia selesai menonton sebuah film dari Cekoslovakia sekarang Rep. Ceko tentang seorang dokter pribumi sana yang ditempatkan oleh NAZI di gudang. Ditugaskan menjadi penjaga gudang lebih tepatnya. Dia harus menyembunyikan identitas kedokterannya tersebut. Hingga pada suatu hari dia tak bisa menolak tuntutan hati nuraninya untuk membantu seorang tentara yang terluka dan lari ke gudang tempat dia bertugas munafik’ sebagai penjaga gudang tersebut. A man is as he think....Sabtu, 14 Januari 2017. Kala itu ba’da Isya. Aku sengaja meluangkan waktu untuk mencari sinyal’ Para Pencari Sinyal, -PPS. Tempat hotspot tentunya. Begitulah dunia serba teknologi sekarang menamainya. Kebetulan aku sedang libur kuliah semester ganjil. Aku tidak mengambil mata kuliah KKN pada semester ini. Pertama, memang tidak berniat KKN di semester ini, dan kedua, SKS pengambilan mata kuliahku minus dua -2. Kuhabiskan hari liburku di kampung halamanku, tanah kelahiranku, lemah cai­­-ku, barang pengakses kemana saja bak pintu kemana sajanya Doraemaon, notebook, aku menggendong tas coklat kesayanganku dan membawa smartphone-ku. Kulangkahkan kakiku dari rumah di belakang Masjid Agung Cianjur menuju arah timur, Alun-alun Kabupaten yang berjarak -/+ 150 M. Jaket merah marun kebangsaaanku, Jaket Himpunan Mahasiswa Sejarah Universitas Padjadjaran kukenakan. Sekadar untuk menahan angin malam yang menerpa tubuh dan terasa cukup menusuk tulang. Apalagi angin pada Satnight itu bertiup amat kencang. Huuusshhh. Beberapa menit berjalan dari rumah menuju Alun-alun Kabupaten, akhirnya aku sampai di tempat yang menjadi tujuanku sebagai Para Pencari Sinyal pada malam itu maklum, aku sering ini seorang fakir. Fakir kuota, yakni Taman Baca Alun-alun Masjid Agung Cianjur. Alun-alun yang sudah ada sejak awal abad ke-19 ini menjadi tempat bermainku pada saat aku masih bocah. Ya, masa TK sampai SD. Dengan segala macam kekonyolan yang aku dan teman-temanku buat tentunya. Tak akan kusebut disini. Di Taman Baca itu ada satu sumber pemancar sinyal wifi. Bak air ajaib yang dahulu sempat heboh di daerahku, sumber energi’ bagi manusia-manusia mekanik’ ini sangat vital keberadaannya. Di Taman Baca ini dari pagi sampai sore bahkan malam hari selalu saja penuh oleh kaum fakir generasi millenial. Fakir kuota maksudku. Setelah sampai di pelataran ruang baca, aku lepas sandal kebangsaan Swallow-ku. Berwarna biru. Sebiru dan seluas lautan. Warna biru seringkali mewakili luasnya ilmu. Ya, luasnya ilmu. Bagai samudera, ilmu akan terus dicari oleh manusia. Ilmu sangat berguna bagi kehidupan manusia. Manusia yang paling bermanfaat adalah manusia yang berilmu dan mengamalkan ilmunya pada manusia lainnya. Dengan ilmu manusia bisa saja sombong. Tetapi dengan ilmu pula, manusia akan menyadari betapa sedikitnya ilmu yang ia miliki dibandingkan dengan Ilmu Sang Pencipta. Bilamana samudera yang biru luas itu dijadikan tinta untuk menuliskan Ilmu Kepunyaan Sang Pencipta, maka puluhan, ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, trilyunan, hingga jumlah tak terhingganya lautan hitungan manusia tidak akan cukup untuk menuliskan Ilmu Sang Pencipta. Masih mau mengenakan jubah-Nya sombong Sang Pencipta ?Aku langsung mengeluarkan notebook-ku. Kunyalakan, dan kutunggu beberapa saat hingga stand by. Di hadapanku, sebelum aku duduk sila di hadapan notebook-ku, ada seorang pria yang sedang diam termenung. Beberapa saat sebelum itu, aku melihatnya seperti berdzikir. Entah komat-kamit apa dia. Pada awalnya tak kupedulikan. Tak lama berselang, notebook-ku sudah stand by siap untuk kugunakan men-download film anime Bleach. Waktu itu aku mengunduh episode anime ini dari 167-189. Bersamaan dengan siapnya aku untuk berselancar di dunia maya, dia pun mulai berbicara. We cannot not communicate kata orang-orang ilmu komunikasi. Aku pun berbincang ringan Pardi Maulana selanjutnya kutuliskan inisialnya saja, PM. Usianya 40 tahun. PM berasal dari Kp. Pangkalan, Desa Majalaya, Kec. Cikalong Kulon, Kab. Cianjur. Mirisnya dia tak tahu pasti tanggal dan bulan dia lahir. Dia hanya mengira-ngira saja bahwa dia sudah berada di dunia ini selama 40 tahun tahun 1977 ?. Dia sekarang tinggal bersama sang nenek di kampungnya yang dekat dengan kompleks pemakaman Cikundul. Makam Dalem Cikundul yang dianggap sebagai bupati pertama Cianjur. PM mengaku tak memiliki ijazah sekolah formal. Semenjak kelas 4 SD dia sudah berhenti duduk di sekolah untuk mengenyam pendidikan. Alasannya ? Klasik. sedari kecil sudah yatim-piatu karena ibunya meninggal setelah mengantarkan kehadirannya di dunia dan sang ayah yang pergi begitu saja tanpa ada rimbanya. Meskipun mengaku memiliki kakak, kakaknya tidak sanggup untuk membiayai sekolah PM. Dia pun bercerita bahkan kebutuhan untuk uang saku agar bisa sekadar jajan di sekolah pun dia dapatkan dari hasil menjual kantong keresek di pasar Cikalong. Ini pun tak sehari-dua hari. Butuh waktu beberapa hari dalam seminggu agar PM bisa mendapatkan uang saku untuk jajan di sekolah. Keadaan ini mungkin berbeda dengan kita. Kebutuhan uang jajan selalu dipenuhi oleh kedua orang tua. Ketika masih seusia PM tentunya. Beranjak ke masa SMP, SMA, hingga sebagian orang yang beruntung untuk mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi masih dipenuhi kebutuhan akan uang sakunya oleh kedua orang tuanya. Yang bersyukur ? Ada. Yang mengeluh, protes, bahkan memaki dan memberontak kepada kemampuan ekonomi orang tuanya yang sebenarnya berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan uang jajan ini ? Ada. Mungkin banyak ! Mereka bukan tak mau memenuhi kebutuhan uang jajan anak-anaknya. Tetapi mereka menggunakan pertimbangan rasional. Bukan lapar mata yang menuruti hawa nafsu a la sebagian kawula muda. Kasihan orang tua yang seperti itu. Sudah ditekan dari atas oleh urusan-urusan pekerjaan, dihantam pula dari bawah oleh mutiara-mutiara kesayangan mereka, anak-anaknya. Semoga kita, aku, dan pembaca yang membaca tulisanku ini, tidak seperti itu. Bersyukurlah kita yang masih dipenuhi kebutuhannya oleh orang juga aku. Sambil bercerita ngalor-ngidul, sesekali kuperhatikan wajah polos PM. Wajah tanpa kemunafikan. Wajah masyarakat biasa Indonesia. Wajah yang tak banyak keinginan. Wajah yang ingin hidup normal. Normal dalam ukuran masyarakat umum. Memiliki rumah, berumah tangga, beranak-pinak. “Pamarentah mah gampangnya A ngawangun sareng ngabongkar tempat teh. Abdi mah hoyong gaduh bumi nyalira ge nepi ka ayeuna teu acan wae. Hehehe”, ucapnya. Memang, bangunan Taman Baca Alun-alun tempat aku dan PM berbincang itu akan segera dibongkar oleh Pemkab Cianjur. Padahal baru saja diresmikan pada tahun 2013 menurut prasasti yang tertera di salah satu sisi tembok bangunan yang sedang menggerak-gerakan kursor tanda panah di notebook serta mengetik “Download anime Bleach Episode 167-189” di search engine Google ini mengirim sinyal nano-elektrik melalui neuron-neuron yang jumlahnya banyak di dalam tubuh manusia kepada pusat pengendali tubuh, Otak, agar otak memerintahkan kedua mataku memerhatikan lebih serius cerita salah satu manusia Indonesia ini. Sulitnya ! Konsentrasiku terbagi dua pada akhirnya. Antara mengunduh anime itu, dan memerhatikan PM ini. Ini mungkin introspeksi bagi kita untuk memerhatikan lebih serius orang yang sedang berbicara kepada kita. Siapapun dia, darimana pun asalnya. 1 2 3 Lihat Humaniora Selengkapnya

ngaji diri ngaji rasa