🪁 Kematian Di Ruang Icu

RuangICU hampir penuh, Kolombia tembus 80.000 kematian COVID Sabtu, 15 Mei 2021 10:25 WIB Pengunjuk rasa menari saat protes anti-pemerintah menuntut mengakhiri kekerasan polisi, memberi bantuan ekonomi saat pandemi COVID-19 mengurangi pendapatan, dan penarikan reformasi kesehatan, di Cali, Kolombia, Rabu (12/5/2021). PandemiCovid-19 belum bisa dipastikan kapan akan berakhir, sementara angka penyebaran dan ang­ka kematian akibat Covid-19 semakin meningkat. - Halaman 3 Alat canggih di ruang ICU, seperti respirator nampaknya tidak membiarkan pasien "menghembuskan na­fas terakhir". Halaman selanjutnya . Halaman. 1 2 3 4. Masihlekat dan membekas di dalam ingatan saya sekitar 7 tahun yang lalu, betapa bapak pernah berjuang keras antara hidup dan mati di ruang ICU rumah sakit. Satu tarikan nafas bapak harus dibantu dengan pompaan ventilator, ketika selang ventilator yang dimasukan melalui mulut bapak memompa paru-paru, tubuh bapak seperti disentakan, dadanya naik Tujuanpenelitian adalah untuk menganalisis mortalitas pasien di Ruang ICU berdasarkan karakteristik pasien. Metode penelitiannya menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di ICU, sedangkan sampelnya diambil secara consecutive sampling selama waktu 3 bulan dari Mei-Agustus 2019 didapatkan 117 pasien dimana 35 pasien mati dan 82 pasien hidup . Cerebraldi Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. 4 Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada Tn.T dan Ny.W yang mengalami Stroke Hemoragik dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral mengalami Stroke Hemoragik dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Cerebral di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Lebihlanjut, Ulul memaparkan dari data POGI diketahui sebanyak 4,5 persen dari total jumlah ibu hamil yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu membutuhkan perawatan di ruang ICU. Dan yang lebih membuat miris lagi, 3 persen dari ibu hamil yang positif COVID-19 meninggal dunia. Kebijakanini diambil setelah kematian seluruh bangsal ICU selama akhir pekan yang tertangkap kamera. Al-Shorouk melaporkan bahwa setelah pertemuan antara Hala Zayed dan direktur rumah sakit, PengalamanTak Terlupakan di Ruang ICU. Author - Unknown Date - 19.11 cerita misteri hantu. Begini ceritanya, Waktu itu saya sedang kerja sift malam, sekitar jam 3 dini hari rasanya mata ini mulai terasa berat, ngantuk banget, lalu saya bikin segelas kopi, berharap bisa melek ni mata, cz kerjaan masih menumpuk. PeningkatanKematian. Epidemiolog dari Universitas Muhammadiyah Hamka Mouhammad Bigwanto mengatakan ketika tingkat keterisian rumah sakit khususnya ICU meningkat, dampak pertamanya adalah peningkatan kematian karena pasien tak tertangani. Dalam kurun waktu seminggu, ada 1.406 kematian akibat COVID-19. O7idV9e. Jakarta - Ketua DPW PPP DKI Jakarta, Abraham Lungggana atau Haji Lulung, diketahui mengalami serangan jatung dan tengah di rawat di ruang Intensive Cardiovascular Care Unit ICVCU. Kabar terakhir, kondisi sang politisi tak sadarkan tersebut pertama kali disampaikan oleh Ketum PAN Zulkifli Hasan lewat akun Instagram miliknya dan dikonfirmasi oleh anggota DPRD DKI Fraksi PAN, Riano."Dirawat di Ruang ICVCU," ucap anggota DPRD DKI Fraksi PAN, Riano kepada wartawan, Jumat 3/12/2022. Lantas, apakah yang membedakan ruang ICVCU dengan ruangan lain itu?Ahli jantung dr Vito A Damay dari RS Siloam Lippo Karawaci menjelaskan, ICVCU merupakan Instalasi Perawatan Intensif khusus bagi pasien dalam kondisi berat atau kritis yang membutuhkan tenaga terlatih dengan dukungan dan peralatan khusus."Ruang perawatan intensif jantung itu isinya monitor tekanan darah, rekaman listrik jantung, oksigen dengan satu perawat minimal untuk satu pasien," terang dr Vito kepada detikcom, Jumat 3/12/2021.Dalam penjelasannya, seseorang dengan kondisi serangan jantung umumnya dirawat di ruang intensif tersebut. Karena saat pasien mengidap penyakit serius, diperlukan pengawasan ketat."Serius itu artinya bisa saja stabil dan tidak stabil. Stabil biasanya untuk monitoring dalam 48 jam bisa pindah ruangan, kalau tidak stabil biasanya akan perlu penanganan khusus lain," kata dr Vito. Simak Video "Connie Nurlita Meninggal karena Serangan Jantung, Apa Saja Gejalanya?" [GambasVideo 20detik] up/up Bekerja di ruang intensif dapat menjadi trauma bagi tenaga keperawatan. Perawat ruang intensif berulangkali dihadapkan dengan keadaan kritis dan kematian pasien. Seringkali juga terlibat dalam merawat pasien dengan keadaan terminal, yang dimana kemungkinan pasien meninggal. Berbagai upaya perawat menghadapi permasalahan yang komplek di ruang intensif. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini bertujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kondisi pasien krirtis di ruang intensif. Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan dalam studi ini. Partisipan akan dipilih sesuai dengan kreteria penelitian, wawancara mendalam setelah mendapat persetujuan dari partisipan. Wawancara formal tidak berstruktur akan dilakukan sebanyak dua kali dan selanjutnya dilakukan analisa dengan teknik analisis spesifik dengan menggunakan pendekatan analisis selektif dan focusing. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 PROPOSAL RISET STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KRITIS DI RUANG INTENSIF Setiyo Adi Nugroho Universitas Nurul Jadid, setiyo Ringkasan Bekerja di ruang intensif dapat menjadi trauma bagi tenaga keperawatan. Perawat ruang intensif berulangkali dihadapkan dengan keadaan kritis dan kematian pasien. Seringkali juga terlibat dalam merawat pasien dengan keadaan terminal, yang dimana kemungkinan pasien meninggal. Berbagai upaya perawat menghadapi permasalahan yang komplek di ruang intensif. Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini bertujuan memperoleh informasi yang mendalam tentang pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kondisi pasien krirtis di ruang intensif. Studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi digunakan dalam studi ini. Partisipan akan dipilih sesuai dengan kreteria penelitian, wawancara mendalam setelah mendapat persetujuan dari partisipan. Wawancara formal tidak berstruktur akan dilakukan sebanyak dua kali dan selanjutnya dilakukan analisa dengan teknik analisis spesifik dengan menggunakan pendekatan analisis selektif dan focusing. Kata kunci Perawat, Kritis, Ruang Intensif 2 Bab 1 Pendahuluan 1. Latar Belakang Akhir dari kehidupan adalah kematian, tidak akan bisa dihindari kematian bagi setiap manusia. Di Amerika Serikat, sekitar 2,5 juta orang meninggal setiap tahunnya, lebih dari 60% dari kematian ini terjadi di rumah sakit, dan setengah dari kematian tersebut terjadi di perawatan ICU Espinosa, Young, Symes, Haile, & Walsh, 2010. Sehingga, di Amerika Serikat menjadi perhatian yang paling utama dalam memberikan perawatan yang tepat bagi pasien kritis di rumah sakit Kirchhoff et al., 2000. Angka kematian diruang Intensif berkisar dari 15 sampai 30%, tergantung kasus yang terjadi. Selain itu, sekitar 20% pasien meninggal setelah keluar dari ruang ICU Whiteley, Bodenham, & Bellamy, 2010. Kematian yang terjadi diruang ICU bukanlah hal yang mudah, beberapa studi yang dikutip dari penelitian Beckstrand & Kirchhoff, 2005; Elpern, Covert, & Kleinpell, 2005 melaporkan merawat pasien yang kritis dan pasien yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya serta keluarga pasien menjadi factor stress bagi perawat dalam melakukan perawatan. Sementara itu, pemberi layanan kesehatan lainnya hanya berkunjung sesaat dan kemudian meninggalkan pasien. Permasalahan kematian di ruang intensif begitu komplek. Salah satu diantaranya dikarenakan sterilisasi lingkungan, sehingga kematian di ruang Intensif menjadi kematian yang tidak berperasaan Smith, 2000. Sementara menurut Dawson 2008 menyatakan bahwa tim perawatan kritis kurang siap dalam memberikan perawatan paliatif walaupun banyak pasien terminal yang memiliki gejala akut Sibbald, Downar, & Hawryluck, 2007. Dinyatakan oleh Faber-Langendoen dan Lanken 2000 Kurangnya perhatian perawatan paliatif care diruang intensif disebabkan Fokus perawatan di ruang intensif banyak digunakan dalam hal penyelamatan pasien cure seperti melakukan tindakan pemasangan ventilator dan resusitasi Stevens, Jackson, & Milligan, 2009. 3 Perawatan ruang Intensif sering kali memberikan pengobatan yang sia-sia, dimana hanya sedikit harapan pasien dapat sembuh Sibbald et al., 2007, Hadders 2007 menyatakan pengobatan yang sia-sia tersebut menyebabkan pasien meninggal dengan cara tidak bermartabat. Hal lainya juga, seringkali perawatan intensif melanggar integritas pasien dalam pengambilan keputusan medis Stevens et al., 2009. Bukan hanya kepada pasien melainkan juga kepada keluarga pasien Heyland, Rocker, O’Callaghan, Dodek, & Cook, 2003; Kirchhoff et al., 2002. Meninggal secara damai dan bermartabat merupakan tujuan utama dalam perawatan paliatif, untuk itu pentingnya asuhan keperawatan paliatif care di ruang intensif. Dalam melakukan perawatan paliatif di ruang Intensif, perawat sering mengalami konfik keyakinan sebagai penyedia layanan keperawatan mandiri dan advocad bagi pasien, dibandingkan peran perawat sebagai asisten yang hanya melaksanakan tindakan berdasarkan perintah dokter, pengalaman ini sering dialami dan dirasakan oleh perawat Calvin, Lindy, & Clingon, 2009. Berdasarkan sebuah studi Beckstrand & Kirchhoff, 2005; Elpern et al., 2005 Diantara petugas kesehatan yang lainnya, hanya perawat disamping pasien selama 24 jam, akan tetapi perawat merasakan distress moral dalam melakukan merawat pasien kritis. Tekanan moral perawat yang bekerja di unit perawatan intensif dianggap sebagai hal yang unik dan tidak proporsional dengan apa yang dialami perawat Elpern et al., 2005. Sejumlah penelitian telah melaporkan pengalaman-pengalaman perawat dalam memberikan asuhan perawatan paliatif di ruang intensif dari Negara Amerika dan Afrika selatan Calvin et al., 2009; Espinosa et al., 2010; Kirchhoff et al., 2000; Naidoo & MN, 2014. Sementara itu, di Indonesia masih sangat sedikit informasi tentang pengalaman perawat intensif dalam memberikan perawatan palitiatif diruang intensif. Sementara banyak penelitian keperawatan kepada pasien palliatif di lain ruang instensif, dengan berbagai permasalahan yang komplek diruang intensif tentunya berbeda dengan yang lain. 4 2. Rumusan Masalah Meneliti pengalaman perawat di ruang intensif dalam memberikan pelayanan perawatan paliatif pada pasien kritis sangatlah penting. Hal tersebut dikarenakan, bekerja di ruang intensif dapat menjadi trauma bagi tenaga keperawatan. Perawat ruang intensif berulangkali dihadapkan dengan keadaan kritis dan kematian pasien. Seringkali juga terlibat dalam merawat pasien dengan keadaan terminal, yang dimana kemungkinan pasien meninggal. Perawat ruang intensif seringkali mengalami stress dengan merawat pasien dengan keadaan kritis. Menurut Alspach 2006 ruang lingkup praktek keperawatan di ruang intensif diartikan adanya interaksi yang dinamis antara pasien dengan perawat, hal tersebut menyebabkan timbulnya emosi yang kuat seperti kemarahan, frustasi, ataupun tidak suka pada perawat Naidoo & MN, 2014. Kematian dan keadaan kritis pasien menyebabkan gangguan psikologis yang kompleks bagi perawat. seringnya berurusan dengan isu-isu mengerikan dan menyedihkan seperti kematian pasien dan keadaan yang kritis pasien merupakan tantangan tersendiri. Dan juga perawat sering dihadapkan dengan perasaan belum optimalnya tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan. Selain itu, belum banyaknya penelitian yang dilakukan di Indonesia tentang pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami keadaan kritis di ruang intensif. Padahal sejumlah penelitian di Amerika dan Afrika Selatan menjadi perhatian penelitian. Akan tetapi lain daerah lain permasalahan, dikarenakan berlainan lingkungan social dan budaya. Oleh karena itu, masalah penelitian ini dirumuskan dengan dua pertanyaan, yaitu 1 Apa pengalaman perawat dalam menghadapi kematian dan keadaan kritis pasien di ruang intensif ?. 2 Bagaimana tindakan tan perawat dalam menghadapi berbagai tantangan dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang intensif? 3. Tujuan 1. Mendiskripsikan dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman serta apa yang terjadi pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam keadaan kritis di ruang intensif. 5 2. Mengungkapkan arti dari pengalaman perawat tersebut dalam menjalani selama memberikan asuhan keperawatan. 3. Memahami kebutuhan perawat di ruang intensif dan bagaimana perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan ada pasien dalam keadaan kritis. 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan wawasan, informasi dan pemahaman perawat khususnya perawat yang bertugas diruang intensif dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dalam keadaan kritis atau iruang intensif. Pada gilirannya studi ini memberikan pemahaman yang lebih luas dan dalam bagi perawat kritis maupun medical bedah tentang apa yang terjadi sebenarnya pada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diruang intensif dan bagaimana persepsi perawat tentang pemberian asuhan keperawatan pasien dengan keadaan kritis atau menghadapi kematian diruang intensif. 6 Bab 2 Tinjauan Literatur Kematian dan pasien sekarat di ruang ICU merupakan fenomena yang universal. Kematian dan sekarat adalah proses yang tak terelakkan dalam lingkungan ICU. Pasien dirawat di ICU bisa mati dari berbagai diagnosa atau komplikasi tersebut. Kematian di ICU kadang-kadang dapat tak terduga, ketika pasien meninggal mendadak setelah trauma, setelah sakit yang berlangsung lama, penarikan dukungan hidup atau sebagai akibat dari kematian otak Naidoo & MN, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Kirchhoff dan Beckstrand 2005 mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien intensif, bergantung pada tenaga profesinal baik medis maupun paramedis untuk menjadi sumber kenyamanan dan informasi selama masa end of life. Penulis juga menyampaikan bahwa, tenaga medis maupun perawat merupakan komponen penting dalam perawatan end of life di ruang ICU Beckstrand & Kirchhoff, 2005. Kegiatan keperawatan di ICU menciptakan lingkungan yang penuh kasih, mendukung dan terapi untuk pasien, dengan tujuan utama adalah mempromosikan kenyamanan dan penyembuhan dan mencegah penderitaan yang tidak perlu.. Sehingga perawat berperan penting dalam pengambilan keputusan etis di ruang Instensif seperti meninggal dengan bermartabat, penghentian alat bantu hidup, dan masalah kualitas hidup pasien Naidoo & MN, 2014. Kematian di ruang Intensif dikenal sebagai kematian yang tidak berperasaan dikarenakan sterilisasi lingkungan Smith, 2000. Permasalahan lainnya yaitu perawatan ruang Intensif sering kali memberikan pengobatan yang sia-sia, dimana hanya sedikit harapan pasien dapat sembuh Sibbald et al., 2007, Hadders 2007 menyatakan pengobatan yang sia-sia tersebut menyebabkan pasien meninggal dengan cara tidak bermartabat. Hal lainya juga, seringkali perawatan intensif melanggar integritas pasien dalam pengambilan keputusan medis Stevens et al., 2009. Ada juga bukti dukungan yang buruk bagi keluarga pasien yang meninggal di ICU Kirchhoff et al., 2002 dan seringkali mereka tidak sepenuhnya terlibat dalam pengambilan keputusan pengobatan. Bahkan penelitian yang dilakukan Lind, Lorem, Nortvedt, & Hevroy, 2012 tanggapan 7 keluarga pasien penunggu merasa kesepian dan ketidakpastian dikarenakan perawat jarang komunikasi seperti kabur dari pertanyaan keluarga pasien. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dracup dan Bryan-Brown 2005 2 pada kematian dan sekarat di ICU mengungkapkan bahwa masalah end of life di ICU di antara masalah yang paling serius yang dihadapi Nursing dan profesi medis. Sementara banyak perhatian terfokus pada perawatan kritis peran perawat untuk membantu orang lain pada akhir-of-life atau proses kematian, sedikit perhatian diberikan untuk perawatan perawat kritis psikologis, budaya, dan spiritual kesejahteraan ketika berhadapan dengan masalah kematian dan sekarat atau end-of-life Naidoo & MN, 2014. Dalam melakukan perawatan paliatif di ruang Intensif, perawat sering mengalami konfik keyakinan sebagai penyedia layanan keperawatan mandiri dan advocad bagi pasien, dibandingkan peran perawat sebagai asisten yang hanya melaksanakan tindakan berdasarkan perintah dokter, pengalaman ini sering dialami dan dirasakan oleh perawat Calvin et al., 2009. Senada penelitian yang dilakukan Espinosa et al., 2010 menyampaikan perawat mengalami hambatan dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang intensive diantaranya kurangnya keterlibatan dalam rencana perawatan, potensial konflik antara model medis dan nursing, perselisihan dokter dengan tim kesehatan lainnya, masalalah pengobatan yang sia-sia pada pasien, harapan yang tidak realistic dari keluarga pasien, dan kurangnya pengalaman dan pendidikan. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai peaceful end of life. Perawat melakukan pengkajian dan menginterpretasikan isyarat yang mereflesikan pengalaman seseorang dalam menghadapi kematian dan mengintervensi dengan tepat untuk memperoleh atau mempertahankan pengalaman yang damai. Bahkan sekalipun pasien yang akan menghadapi kematian dengan keadaan tidak dapat komunikasi verbal. Menurut salah satu ahli teori keperawatan Shirley M. Moore, teori Peaceful End Of Life, menyatakan bahwa perawat integral akhir dari ketenangan hidup meliputi, kebebasan dari sakit, dukungan emosional, kedekatan dan keikutsertaan pada kenyataan lain yang berpengaruh, dan perlakuan dengan empati dan hormat Alligood, 2014. 8 Perawat perlu memainkan peran dalam memberikan perawatan pada pasien sekarat maupun menjelang kematian di ruang intensif. hal ini dikemukakan Adams, Bailey, Anderson, & Docherty, 2011 ada tiga peranan penting dalam perawatan end of life diruang intensif yaitu perantara informasi, supporter, dan tetapi sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dipaparkan diatas banyak hal fenomena hambatan perawat dalam memainkan peranannya dalam memberikan asuhan keperawatanya. Banyak penelitian yang dilakukan diluar negeri baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Di Indonesia belum ditemukan perenelitian terkait. Penting dilakukan penelitian pengalaman di Indonesia terkait dengan pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan menghadapi kematian diruang Intensif. 9 Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman hidup yang dilihat dari sudut pandang orang yang diteliti Creswell, 2014. Dalam studi ini yang dipelajari pengalaman perawat intensif dalam memberikan asuhan keperawatan pasien keadaan kritis dan menghadapi kematian pasien intensif. metode ini menitikberatkan pada arti kematian dan keadaan kritis pasien bagi perawat. Sedangkan fenomena yang mendasarinya seringnya perawat diruang intensif terpapar dengan keadaan pasien yang kritis dan menghadapi kematian pasien, menjadi tekanan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan pendekatan fenomenologi diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang perawat dalam menghadapi keadaan kritis dan kematian di ruang intensif. Melalui pendekatan ini juga, peneliti mampu memahami makna dari tindakan perawat dalam menghadapi keadaan kritis dan kematian di ruang intensif. 1. Partisipan Metode dengan fenomenologi memungkinkan peneliti menyeleksi karakteristik partisipan yang heterogen untuk lebih memperdalam pemahaman terhadap fenomena yang diteliti Afiyanti & Rachmawati, 2014; Creswell, 2014. Rekrutmen partisipan dilakukan dengan cara purposive sampling Creswell, 2014. Kreteria penelitian ini adalah a. Perawat di ruang intensif yang telah bekerja lebih dari 1 tahun b. Dapat menceritakan dengan lancar tentang pengalaman selama memberikan asuhan Keperawatan kepada pasien yang menghadapi kematian dan kritis diruang intensif. Streubert & Carpenter 1999 berpendapat kreteria ini penting dipenuhi oleh partisipan untuk tujuan penyampaian pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang ada Afiyanti & Rachmawati, 2014 c. Menjadi perawat tetap di ruang intensif RSU. Dr. Moh. Saleh Probolinggo dan menyatakan kesediaanya untuk ikut terlibat dalam studi ini. 10 Focus penelitian kualitatif pada kedalaman dan proses, jumlah partisipan pada penelitian ini 3-15 partisipan sampai terkumpul data yang jenuh atau data yang telah tersaturasi. Semua partisipan dapat berperan serta dari awal pengambilan data sampai selesai penelitian dan tidak ada partisipan yang mengundurkan diri Creswell, 2014. Untuk memilih partisipan, peneliti dibantu oleh Kepala Ruangan Intensif. Kepala ruangan bertanggung jawab kepada para calon partisipan untuk menerangkan secara singkat tentang studi ini. Juga menanyakan tentang persetujuan mereka untuk ikut dalam studi ini. Kemudian kepala ruangan memberikan nama-nama calon partisipan dan menunjukan kepada peneliti. Setelah itu peneliti menjalin hubungan kedekatan dengan para calon partisipan dengan melakukan kunjungan di ruangan. Peneliti menerangkan secara terperinci tentang studi yang dilakukan dan meminta persetujuan mereka untuk ikut dalam studi ini termasuk izin merekam. Seluruh pernyataan partisipan dengan mendapatkan tanda tangan mereka pada lembar persetujuan mengikuti penelitian ini. Peneliti menjawab jika terdapat pertanyaan yang diajukan partisipan. Selanjutnya, para partisipan diminta peneliti untuk menentukan waktu dan tempat untuk melakukan wawancara sesuai dengan keinginan mereka dengan tujuan membuat mereka nyaman ketika menceritakan pengalaman-pengalaman mereka. 2. Proses Pengumpulan Data Data dari studi ini dikumpulakan melalui wawancara yang mendalam dengan partisipan. Wawancara formal tidak berstruktur digunakan sebagai metode utama pengumpulan data. Hal ini merupakan metode pengumpulan data yang sesuai dalam studi fenomenologi. Dengan pertanyaan-pertanyaan spesifik dari studi ini yang tidak berstruktur, peneliti dan para partisipan berada pada suatu diskusi yang tidak berstruktur dalam usaha untuk lebih memperjelas suatu arti dari suatu pengalaman Afiyanti & Rachmawati, 2014. Peneliti melakukan wawancara dengan tiap partisipan sebanyak dua kali. Peneliti membantu para partisipan dalam mendiskripsikan pengalaman-pengalaman mereka 11 tanpa memimpin diskusi tersebut. untuk meningkatkan akurasi pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara terbuka-tertutup, merekam wawancara, dan membuat transkrip verbatim kata demi kata. Sebagai tambahan, peneliti juga membuat catatan lapangan field notes. Sebelum melakukan wawancara, data demografi partisipan dikumpulkan. Informasi ini berguna untuk memberikan gambaran singkat tentang pastisipan. Selain itu juga, peneliti berusaha mensuppresi segala hal yang diketahui dan dialami tentang peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien kondisi kritis bracketing process. Wawancara pertama dirancang untuk mendapatkan berbagai perasaan dan pikiran partisipan berkaitan dengan pengalamannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan keadaan kritis atau menjelang kematian pasien di ruang intensif. Mula-mula partisipan diberikan kesempatan untuk mendiskripsikan pengalaman-pengalaman mereka tanpa instrupsi. Jika diperlukan, peneliti mengunakan pertanyaan-pertanyaan sesuai pedoman wawancara untuk membantu partisipan lebih memfokuskan aspek-aspek penting dari pengalamannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat peneliti berpedoman pada berbagai literature yang ada, dan aspek penting untuk mendapatkan suatu pengalaman pribadi seseorang berhubungan dengan studi fenomenologi van manen, 1997 dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014. Wawancara ini memerlukan waktu sekitar 60-90 menit. Para pastisipan diwawancara secara pribadi dan semua wawancara akan direkam atas izin dari partisipan, lalu hasil wawancara tersebut dibuat dalam bentuk suatu transkrip wawancara yaitu dalam bentuk diskripsi tekstual untuk digunakan dalam analisis data. Selama wawancara peneliti juga membutuhkan untuk mengadopsi perilaku terbuka, berparsipasi, dan memiliki rasa empati kepada partisipan, tujuannya memperoleh berbagai pengetahuan yang nyata dari berbagai pengalaman partisipan dan dapat membantu memberikan bimbingan kepada partisipan dalam mendiskripsikan pengalamannya. Wawancara kedua dilakukan setelah semua data dari hasil wawancara pertama dibuat dalam suatu transkrip data dan peneliti telah mengidentifikasi kemungkinan berbagai tema sementara dari berbagai pengalaman yang didiskripsikan para 12 partisipan. Selama wawancara ini, partisipan diminta untuk mengkonfirmasi tema-tema yang sementara dihasilkan berhubungan dengan pengalaman mereka berdasarkan hasil interpretasi data yang dibuat peneliti, dan pada kesempatan ini pula peneliti dapat membuat perbaikan atau koreksi jika terdapat gap dari data yang diperoleh pada wawancara pertama. Sebagai tambahan, wawancara kedua juga penting dilakukan untuk memberikan kesempatan pada para partisipan melakukan verifikasi, memperluas dan menambahkan keakuratan data dari studi ini. Pada saat ini pula para partisipan dapat menambahkan deskripsi tentang berbagai pengalaman mereka setelah wawancara pertama. Wawancara kedua memerlukan waktu sekitar 60 menit dan dengan ijin partisipan, semua wawancara kedua direkam. Untuk kompilasi dan verifikasi data, peneliti mendengarkan hasil rekaman wawancara sambil membacakan hasil transkrip untuk keakuratan dan memberikan koreksi jika terdapat kesalahan. Langkah ini membantu peneliti untuk lebih mengenal diri peneliti sendiri dan memulai untuk menyenangi hasil data ynag telah diperoleh peneliti Streubert & Carperter, 1999 dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014. 3. Analisis Data Analisis data dilakukan setiap selesai mengumpulkan data dari satu partisipan. Hasil analisis dapat mengarahkan pada proses selanjutnya. Transkrip-transkrip dari hasil wawancara dan catatan-catatan lapangan field notes yang telah dibuat peneliti secara bersamaan dianalisis. Teknik analisis spesifik dengan menggunakan pendekatan analisis selektif dan focusing the selective or highlighting approach yang telah di uraikan oleh seorang fenomenologis, Van Manen 1997, telah digunakan dalam analisis studi ini untuk mengungkap dan mengisolasikan berbagai aspek tematik dari fenomena-fenomena yang disoroti dalam studi ini. Teknik ini dimulai dengan mendengarkan bernagai diskripsi verbal partisipan dari hasil rekaman yang diperoleh dan diikuti dengan membaca tiap teks-teks tersebut secara berulang-ulang secara seksama. Setelah itu peneliti mencari, menentukan, dan menggarisbawahi pernyataan-pernyataan atau prase-prase yang signifikan, yang tampaknya menjadi essense-essense spesifik yang mengandung arti dalam mewakili deskripsi para partisipan dari pengalaman atau fenomena memberikan asuhan 13 keperawatan kritis diruang intensive. Kemudian peneliti menentukan hubungan tema-tema esensial di antara pernyataan-pernyataan yang signifikan dari pengalaman-pengalaman para partisipannya. Sebagai langkah terakhir, peneliti mempersiapkan tema-tema esensial yang merupakan suatu deskripsi paling terakhir dari fenomena yang terjadi an exhaustive description of the phenomenom yang menentukan deskripsi paling sempurna pengalaman-pengalaman para partisipan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien sekarat dan meghadapi kematian diruang intensif. Alur analisis data dengan teknik analisis spesifik dengan menggunakan pendekatan analisis selektif dan focusing The selective or highlighting approach dai vanManen 1997 dalam Afiyanti & Rachmawati, 2014. 14 DAFTAR PUSTAKA Adams, J. a., Bailey, D. E., Anderson, R. a., & Docherty, S. L. 2011. Nursing Roles and Strategies in End-of-Life Decision Making in Acute Care A Systematic Review of the Literature. Nursing Research and Practice, 2011, 1–15. doi Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. N. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset Keperawatan 1st ed.. Jakarta Rajawali Pers. Alligood, M. R. 2014. Nursing Theorists and Their Work 8th ed.. St. Louis, Missouri Mosby Elsevier Inc. Beckstrand, R. L., & Kirchhoff, K. T. 2005. PROVIDING END - OF -LIFE CARE TO PATIENTS Critical Care Nurse’ Perceived Obstacles and Supportive Behaviors. American Journal of Critical Care, 145, 395–403. Calvin, A. O., Lindy, C. M., & Clingon, S. L. 2009. The cardiovascular intensive care unit nurse’s experience with end-of-life care a qualitative descriptive study. Intensive & Critical Care Nursing The Official Journal of the British Association of Critical Care Nurses, 254, 214–20. doi Elpern, E. H., Covert, B., & Kleinpell, R. 2005. MORAL DISTRESS OF STAFF NURSES IN A MEDICAL INTENSIVE CARE UNIT. American Journal of Critical Care, 146, 523. Espinosa, L., Young, A., Symes, L., Haile, B., & Walsh, T. 2010. ICU Nurses ’ Experiences in Providing Terminal Care. Critical Care Nurs Q, 333, 273–281. Heyland, D. K., Rocker, G. M., O’Callaghan, C. J., Dodek, P. M., & Cook, D. J. 2003. Dying in the ICU Perspectives of family members. Chest, 1241, 392. Kirchhoff, K. T., Spuhler, V., Walker, L., Hutton, A., Cole, B. V., & Clemmer, T. 2000. Intensive care nurses ’ experiences with end-of-life care. American Journal of Critical Care, 91, 36. Kirchhoff, K. T., Walker, L., Hutton, A., Spuhler, V., Cole, B. V., & Clemmer, T. 2002. The vortex Families ’ experiences with death in the intensive care unit. American Journal of Critical Care, 11May, 200. Lind, R., Lorem, G. F., Nortvedt, P., & Hevroy, O. 2012. Intensive care nurses’ involvement in the end-of-life process - perspectives of relatives. Nursing Ethics, 195, 666–676. doi 15 Naidoo, V., & MN, S. 2014. Experiences of Critical Care Nurses of Death and Dying in an Intensive Care Unit A Phenomenological Study. Journal of Nursing & Care, 0304. doi Sibbald, R., Downar, J., & Hawryluck, L. 2007. Perception of “futile care” Among Caregiver in Intensive Care Unit. Canadian Medical Association, 17710, 1–9. Smith, R. 2000. A good death. British Medical Jurnal, 320, 129. Stevens, E., Jackson, S., & Milligan, S. 2009. Paliative Nursing; Across the Spectrum of Care first.. Blackwell Publishing Ltd. Whiteley, S. M., Bodenham, A., & Bellamy, M. C. 2010. Intensive Care 3rd ed.. elsevier limited. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this this article, we report findings from a qualitative study that explored how the relatives of intensive care unit patients experienced the nurses' role and relationship with them in the end-of-life decision-making processes. In all, 27 relatives of 21 deceased patients were interviewed about their experiences in this challenging ethical issue. The findings reveal that despite bedside experiences of care, compassion and comfort, the nurses were perceived as vague and evasive in their communication, and the relatives missed a long-term perspective in the dialogue. Few experienced that nurses participated in meetings with doctors and relatives. The ethical consequences imply increased loneliness and uncertainty, and the experience that the relatives themselves have the responsibility of obtaining information and understanding their role in the decision-making process. The relatives therefore felt that the nurses could have been more involved in the objective of this paper is to analyze the literature concerning nurses' roles and strategies in EOL decision making in acute care environments, synthesize the findings, and identify implications for future research. We conducted searches in CINAHL and PubMed, using a broad range of terms. The 44 articles retained for review had quantitative and qualitative designs and represented ten countries. These articles were entered into a matrix to facilitate examining patterns, themes, and relationships across studies. Three nursing roles emerged from the synthesis of the literature information broker, supporter, and advocate, each with a set of strategies nurses use to enact the roles. Empirical evidence linking these nursing roles and strategies to patients and family members outcomes is lacking. Understanding how these strategies and activities are effective in helping patients and families make EOL decisions is an area for future research. Renea L BeckstrandKarin T KirchhoffCritical care nurses care for dying patients daily. The process of dying in an intensive care unit is complicated, and research on specific obstacles that impede delivery of end-of-life care and/or supportive behaviors that help in delivery of end-of-life care is limited. To measure critical care nurses' perceptions of the intensity and frequency of occurrence of 1 obstacles to providing end-of-life care and 2 supportive behaviors that help in providing end-of-life care in the intensive care unit. An experimental, posttest-only, control-group design was used. A national, geographically dispersed, random sample of members of the American Association of Critical-Care Nurses was surveyed. The response rate was 864 usable responses from 1409 eligible respondents. The highest scoring obstacles were frequent telephone calls from patients' family members for information, patients' families who did not understand the term lifesaving measures, and physicians disagreeing about the direction of a dying patient's care. The highest scoring supportive behaviors were allowing patients' family members adequate time alone with patients after death, providing peaceful and dignified bedside scenes after death, and teaching patients' families how to act around a dying patient. The biggest obstacles to appropriate end-of-life care in the intensive care unit are behaviors of patients' families that remove nurses from caring for patients, behaviors that prolong patients' suffering or cause patients pain, and physicians' disagreement about the plan of StevensS. JacksonS. MilliganPalliative Nursing is an evidence-based practical guide for nurses working in areas of practice where general palliative care is provided. This may be in hospitals, nursing homes, dementia units, the community and any other clinical areas which are not classified as specialist palliative care. This book first explores the history and ethos of palliative care, and then looks at palliative nursing across various care settings. It then looks at palliative nursing care for people with specific illnesses, including heart failure, dementia, chronic obstructive pulmonary disease, cancer, and neurological conditions. Palliative care for children and young people is discussed, and then the book finally looks at education and research in palliative nursing. Palliative Nursing will be essential reading for all nurses working with palliative care patients in a non specialist role, in hospitals, primary care and nursing homes, as well as nursing students. SPECIAL FEATURES. Explores the palliative nursing issues related to specific diseases groups. Written in the context of the new national tools, the end of life initiative, preferred place of care, Liverpool care pathway and Gold standards framework. Each chapter includes practice points and cases to allow the practitioner to undertake guided reflection to improve practice. Written by nurses for nurses. Provides guidance for nurses working in all four countries of the least 1 in 5 Americans die while using intensive care service-a number that is expected to increase as society ages. Many of these deaths involve withholding or withdrawing life-sustaining therapies. In these situations, the role of intensive care nurses shifts from providing aggressive care to end-of-life care. While hospice and palliative care nurses typically receive specialized support to cope with death and dying, intensive care nurses usually do not receive this support. Understanding the experiences of intensive care nurses in providing care at the end of life is an important first step to improving terminal care in the intensive care unit ICU. This phenomenological research study explores the experiences of intensive care nurses who provide terminal care in the ICU. The sample consisted of 18 registered nurses delivering terminal care in an ICU that participated in individual interviews and focus groups. Colaizzi's steps for data analysis were used to identify themes within the context of nursing. Three major themes consisted of 1 barriers to optimal care, 2 internal conflict, and 3 coping. Providing terminal care creates significant personal and professional struggles among ICU nurses. Amy O CalvinCheryl M LindyStefanie L ClingonNurses in the cardiovascular intensive care unit CVICU informally expressed moral angst when caring for patients who are approaching the end of life. The purpose of this study was to better understand CVICU nurses' perceptions about their roles and responsibilities in the decision-making process about change in intensity of care and end-of-life care for patients within the CVICU setting. Nineteen nurses from one CVICU consented to being interviewed individually regarding their experiences caring for patients approaching the end of life, and specifically regarding the initiation of a change in code status. Investigators used a qualitative descriptive approach to collect and analyse the data. Transcript data were analysed and as concepts emerged they were compared with those from earlier interviews to establish similarities and differences. Investigators reached consensus about the major themes. Analysis revealed four major themes a exhausting patient treatments; b promoting family presence; c acknowledging physician authority; and d walking a fine line. This research adds to the limited body of knowledge concerning CVICU nurses' experiences with end-of-life care. Results of this study provide a basis for putting in place support systems for CVICU T KirchhoffVicki J. SpuhlerL Walker Terry ClemmerWith much attention being focused on how patients die and whether or not they are provided appropriate care, the care of dying patients in intensive care units must be described and improved. To describe end-of-life care in intensive care units as perceived by critical care nurses who have taken care of dying patients. A semistructured interview guide was developed and revised after pretesting in a focus group of faculty clinicians with extensive, recent experience in intensive care. Four focus groups were held with randomly selected nurses from 4 intensive care units in 2 hospitals; participants had 2 years or more of experience and were working half-time or more. Tapes from each focus group were transcribed and reviewed by the investigators before the subsequent group met. Category labels were developed, and topics and themes were determined. "Good" end-of-life care in the intensive care unit was described as ensuring that the patient is as pain-free as possible and that the patient's comfort and dignity are maintained. Involvement of the patient's family is crucial. A clear, accurate prognosis and continuity of care also are important. Switching from curative care to comfort care is awkward. Disagreement among patients' family members or among caregivers, uncertainty about prognosis, and communication problems further complicate end-of-life care in intensive care units. Changes in the physical environment, education about end-of-life care, staff support, and better communication would improve care of dying patients and their T KirchhoffLee WalkerAnn Hutton Terry ClemmerLack of communication from healthcare providers contributes to the anxiety and distress reported by patients' families after a patient's death in the intensive care unit. To obtain a detailed picture of the experiences offamily members during the hospitalization and death of a loved one in the intensive care unit. A qualitative study with 4 focus groups was used. All eligible family members from 8 intensive care units were contacted by telephone; 8 members agreed to participate. The experiences of the family members resembled a vortex a downward spiral of prognoses, difficult decisions, feelings of inadequacy, and eventual loss despite the members' best efforts, and perhaps no good-byes. Communication, or its lack, was a consistent theme. The participants relied on nurses to keep informed about the patients' condition and reactions. Although some participants were satisfied with this information, they wishedfor more detailed explanations ofprocedures and consequences. Those family members who thought that the best possible outcome had been achieved had had a physician available to them, options for treatment presented and discussed, andfamily decisions honored. Uncertainty about the prognosis of the patient, decisions that families make before a terminal condition, what to expect during dying, and the extent of a patient s suffering pervade families' end-of-life experiences in the intensive care unit. Families' information about the patient is often lacking or inadequate. The best antidote for families' uncertainty is effective K HeylandGraeme RockerChristopher J O'CallaghanDeborah CookTo describe the perspectives of family members to the care provided to critically ill patients who died in the ICU. Multicenter, prospective, observational study. Six university-affiliated ICUs across Canada. Patients who received mechanical ventilation for > 48 h and who died in the ICU were eligible for this study. Three to four weeks after the patient's death, we mailed a validated questionnaire to one selected family member who made at least one visit to the patient in the ICU. We obtained self-rated levels of satisfaction with key aspects of end-of-life care, communication, and decision making, and the overall ICU experience. Main results Questionnaires were mailed to 413 family members; 256 completed surveys were returned response rate, In the final hours before the death of the patient, family members reported that patients were "totally comfortable" "very comfortable" or "mostly comfortable" Family members felt "very supported" and "supported" by the health-care team. Most believed that the patient's life was neither prolonged nor shortened unnecessarily. Most family members preferred some form of shared decision making. Overall, 52% of families rated their satisfaction with care as "excellent," 31% rated care as "very good," 10% as "good," 4% as "fair," and 2% as "poor." Overall satisfaction with end-of-life care was significantly associated with completeness of information received by the family member, respect and compassion shown to patient and family member, and satisfaction with amount or level of health care received. The majority of families of patients who died in participating ICUs were satisfied with the end-of-life care provided. Adequate communication, good decision making, and respect and compassion shown to both the dying patient and their family are key determinants to family satisfaction. detikBaliRabu, 11 Mei 2022 1424 WIB Sempat Dirawat 2 Hari, Satu Pasien DBD di Karangasem Meninggal Dunia Setelah dilakukan pemeriksaan, korban akhirnya juga dinyatakan terkena DBD, kemudian korban langsung dirawat secara intensif hingga nyawanya tak tertolong detikNewsRabu, 04 Agu 2021 1902 WIB Kasus Corona Mingguan Turun 5%, BOR Ruang Isolasi dan ICU Melandai Meski BOR di ruang isolasi dan ruang ICU secara nasional menurun, masih ada provinsi yang BOR-nya di atas 80 persen. detikNewsRabu, 14 Jul 2021 1314 WIB Ketua PAN Klarifikasi soal 'Tak Mau Lagi Dengar Anggota DPR Tak Dapat ICU' Ketua Fraksi PAN DPR Saleh Partaonan Daulay menyatakan tak mau dengar lagi anggota DPR tak mendapatkan ruang ICU. Saleh mengklarifikasi pernyataannya tersebut. detikNewsMinggu, 27 Jun 2021 0934 WIB Patuhi Prokes! Ruang ICU di RS Banten untuk Pasien COVID-19 Sisa 33 Keadaan darurat COVID-19 membuat okupansi tempat tidur atau BOR semakin menipis. Bahkan, ICU untuk perawatan intensif pasien COVID-19 tinggal tersisa 33. detikNewsSelasa, 05 Jan 2021 1727 WIB Satgas COVID-19 Keterisian ICU-Isolasi Secara Nasional Mengkhawatirkan Menurut Satgas COVID-19, tren keterisian ruang ICU dan ruang isolasi meningkat dan mengkhawatirkan. detikNewsMinggu, 06 Des 2020 2248 WIB Anies 79% Tempat Tidur Isolasi Pasien COVID di DKI Sudah Terisi Gubernur DKI Jakarta Anies menyebut sebanyak 79% tempat tidur isolasi pasien COVID-19 di Jakarta sudah terisi. detikNewsKamis, 22 Okt 2020 0502 WIB Satgas Ketersediaan Ruang ICU di Jakarta Kini 64 Persen Doni Monardo menyebut ketersediaan ruang ICU di rumah sakit Jakarta kini 64 persen. Ada penambahan ruang ICU, setelah sebelumnya diprediksi akan penuh. detikHealthSenin, 12 Okt 2020 1444 WIB Satgas COVID-19 Keterisian ICU di DKI 70 Persen, Ini Detailnya Satgas COVID-19 mengungkapkan laporan terbaru jumlah ketersediaan ruang isolasi dan ICU untuk penanganan pasien Corona di DKI Jakarta, seperti berikut. detikNewsSelasa, 22 Sep 2020 1940 WIB Pemprov DKI Okupansi Tempat Tidur ICU Corona Per 20 September 79% Pemprov DKI menyampaikan data keterpakaian tempat tidur isolasi dan ICU untuk pasien Corona. Tingkat keterpakaian keduanya sudah lebih 50 persen. detikNewsSelasa, 15 Sep 2020 2306 WIB Pemprov DKI Okupansi Tempat Tidur ICU di 67 RS Rujukan Corona 83% Pemprov DKI Jakarta mengatakan persentase harian keterpakaian tempat tidur TT ICU di 67 rumah sakit rujukan pasien Corona di DKI Jakarta mencapai 83 persen.

kematian di ruang icu